Better than Before

Hari ini sangat Indah. Banyak pembelajaran.

Pertama, saya sudah selesai dengan amanah dari seorang kakak kelas yang dulu tingkat 1 sangat sangat saya kagumi. Selesai menyelesaikan pembuatan video company Profile MITI dengan template seadanya. Hanya saja, saya merasa sangat gagal, karena memang keterbatasan waktu yang seharusnya pembuatan video seperti itu minimal seminggu. Oke saya bilang "Kak kurang maksimal ya maaf, kalau dikasihnya seminggu mungkin better dari ini". 

Better. Karena untuk better kita harus total, dan jarang sekali saya menemukan orang total dengan banyak keterbatasan termasuk waktu. Pemberitahuan dalam sistem operasi otak saya mengatakan "pembelajaran terdeteksi". Konsen untuk hal seperti ini untuk menjemput rezeki dari langit memang harus total, tidak peduli siapa kamu, lagi sibuk apa kamu, sudah makan apa belum. Konsumen tidak pernah mempedulikan hal itu. Lain kali untuk better mempersembahkan karya dan inspirasi harus terukur, bagaimana, seperti apa, dan kapan bisa selesai.


Kedua, malam ini seorang sahabat bertanya 

F : Zan, apa kabar?
O : Baik, alhamdulillah
F : Iman Sehat?
O : Alhamdulillah. Better than before. Ada apa nanya iman? Apa lu ngeliat gue jalan bareng ama cewek?
F : Ga liat sih
O : Terus kenapa tiba-tiba nanya begitu?
F : Karena gue peduli zan



Entah itu ucapan kepedulian murni atau abstrak, saya tidak mempedulikan. Karena jarang sekali, sekali lagi jarang sekali, seorang teman bertanya hal-hal kecil, yang kadang dia sendiri terlalu disibukkan dengan dunianya dan tak terlintas begitu saja. Maksudnya, hal kecil seperti itu sudah sangat membuat bahagia --dan betul, bahagia itu hal yang sederhana--, ketika kita masih ada orang yang peduli. Nangkep engga maksud saya?

Maka, tak layak ketika kita hidup di dunia yang tidak selebar layar smartphone, terlalu acuh terhadap teman dan sahabat baik.